phone: +6285 655 061 229
e-mail: oleholehgresik@gmail.com

ISTIQAMAH

              

Orang yang istiqamah selalu menjadikan ilmu sebagai makanan hati dan ruh, Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan: "Tuahan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada meraka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan bergembiralah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu."
Al wahidi dalam Asbaab Nuzuul Al-Qur'an menulis, Atha menerima riwayat dari Abdullah bin Abbas RA yang menyatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shidiq RA yang memberikan bantahan atas ucapan kaum musyrik dan yahudi. Kaum Musyrik berkata, "ALLAH adalah Tihan kami, sementara para malaikat adalah anak-anak-Nya" Kemudian orang-orang Yahudi berkata, "Allah adalah tuhan kami dan Uzair adalah anak-Nya, sementara Muhammad bukanlah seorang Nabi." Baik ucapan kaum musyrik maupun yahudi menunjukkan kebodohan dan tidak istiqamah. Mendengat ucapan dari dua golongan tersebut, Abu Bakar mengatakan dengan tegas, "Allah adalah Tuhan kami Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad SAW adalah hamba sekaligus utusan-Nya." Selanjutnya turun ayat, "Inna al-ladziina qaaluu rabbuanALLAH."

Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1. Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
2. Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.
Pasti Ada Kekurangan dalam Istiqomah
Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan istiqomah, terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya adalah pada firman Allah Ta’ala,
Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yan lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6). Ayat ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus beristigfar (memohon ampun pada Allah).
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun kepada-Nya” merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah). Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan istiqomah (di jalan yang lurus).”

0 komentar: